Nasihat dalam Islam adalah bentuk keikhlasan hati dalam menginginkan kebaikan bagi yang diberi nasihat. Nasihat adalah cermin dari iman dan kasih sayang. Ia bukan sekadar ucapan, tapi perbuatan yang lahir dari hati yang ikhlas. Ketika seseorang menasihati karena Allah, maka itu menjadi ibadah yang agung dan bisa menjadi sebab hidayah bagi banyak jiwa.
Nasihat lahir dari cinta, tanggung jawab, dan kasih sayang. Ia merupakan inti dari seluruh ajaran Islam, karena setiap amal, ibadah, dan hubungan sosial seharusnya dilandasi oleh niat yang tulus dan semangat untuk menebarkan kebaikan. Dengan begitu, nasihat bukan sekadar kata-kata, tetapi cerminan kepedulian dan upaya menjaga kebaikan bersama.
Perhatikan dengan baik hadits berikut,
عَنْ أَبِيْ رُقَيَّةَ تَمِيْم بْنِ أَوْسٍ الدَّارِيِّ رضي الله عنه أَنَّ النبي صلى الله عليه وسلم قَالَ: (الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ) قُلْنَا: لِمَنْ يَارَسُولَ اللهِ ؟ قَالَ: (للهِ،ولكتابه، ولِرَسُوْلِهِ، وَلأَئِمَّةِ المُسْلِمِيْنَ، وَعَامَّتِهِمْ). رواه مُسلِمٌ
Artinya: "Dari Abu Ruqayyah Tamim bin Aus ad-Dary radhiyallahu anhu, bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Agama itu nasihat. Kami bertanya, (Nasihat) untuk siapa, wahai Rasulullah? Beliau menjawab, (Nasihat) bagi Allah, kitab-Nya, para rasul-Nya, pemimpin kaum muslimin, dan masyarakat umum." (HR. Muslim)
Hadits ini bukan sekadar ucapan, tetapi penegasan mendalam bahwa nasihat adalah jantung dari ajaran Islam. Dalam pandangan Ahlus Sunnah wal Jama’ah, nasihat bukan hanya sebuah ucapan manis atau saran yang dilemparkan lalu ditinggalkan. Ia adalah cermin cinta, keikhlasan, tanggung jawab, dan kasih sayang yang mengalir dalam hubungan antara seorang hamba dengan Tuhannya, Nabi-nya, dan sesama manusia.
Cinta dan Ketundukan Sepenuh Jiwa
Allah Maha Sempurna dan tidak membutuhkan makhluk-Nya. Seorang hamba wajib meneguhkan hatinya untuk selalu berpihak pada kebenaran meski sulit, bersabar dalam ujian karena yakin Allah tidak menzholimi, dan bersyukur meski hanya mendapat sedikit karena tahu semua datang dari Sang Pencipta. Wujud tertinggi dari cinta dan ketundukan adalah ikhlas dalam beribadah, meyakini keesaan-Nya, mengagungkan-Nya, dan mencintai segala yang dicintai-Nya.
Menemukan Petunjuk dalam Cahaya Al-Qur’an
Bayangkan di malam yang gelap gulita, kita sangat butuh cahaya yang menuntun langkah kita. Al-Qur’an adalah cahaya yang sesungguhnya yang dapat menjadi sebagai penerang yang menuntun kehidupan kita. Kita meyakini dengan sepenuh hati bahwa Al-Qur’an adalah wahyu Allah. Maka kita membacanya dengan penuh adab, mentadabburinya dengan hati yang ikhlas, dan mengamalkannya sebagai pedoman hidup.
Jadikan Al-Qur’an sebagai teman setia dalam kehidupan. Seorang yang menyadari keagungan dan petunjuk yang terkandung di dalamnya tidak akan membiarkannya berdebu di rak, apalagi terlupakan. Sebaliknya, ia akan menjadikannya pelita yang menerangi langkah di tengah gelapnya arus dunia.
Mencintai dan Mengikuti Rasulullah ﷺ
Rasulullah ﷺ adalah pribadi yang penuh kasih sayang, pemurah, pemberani, dan penuh hikmah. Sebagai umat Islam, kita mencintai beliau dengan sepenuh hati, menghidupkan sunnahnya, mengikuti ajarannya, dan membela kehormatannya.
Orang yang jujur dalam cintanya kepada Nabi ﷺ akan merasa bangga mengikuti jejaknya, tidak berat menerima ajarannya, dan tidak bimbang dalam menjadikan beliau sebagai teladan utama. Dalam sunnah beliau, terdapat cahaya yang membawa kepada keselamatan dunia dan akhirat.
Doa dan Perbaikan kepada Pemimpin Muslim
Dalam sebuah negara yang bersifat demokrasi, 'Ulama Ahlus Sunnah mengajarkan nasihat kepada pemimpin bukan dengan cercaan di muka umum, melainkan dengan doa, nasehat yang baik, dan keinginan tulus agar mereka mendapat bimbingan.
Kebaikan seorang pemimpin akan membawa kebaikan bagi rakyatnya. Para ulama terdahulu sangat menekankan pentingnya mendoakan pemimpin, meski mereka jauh dari sempurna. Islam mengajarkan stabilitas, bukan kekacauan; reformasi, bukan pemberontakan.
Kasih Sayang Sejati kepada Sesama Muslim
Bayangkan sebuah masyarakat di mana setiap orang saling peduli tentang kebaikan. Setiap orang ingin saudaranya bahagia sebagaimana ia ingin bahagia. Inilah bentuk nasihat kepada sesama Muslim. Bukan saling menjatuhkan, tapi saling menopang. Bukan membuka aib, tapi menutupi kekurangan.
Nasihat dalam hal ini bisa berupa senyum yang menguatkan, teguran yang menyejukkan, atau bahkan sekadar diam yang mencegah pertengkaran. Dalam pandangan Islam, tidak ada kebaikan yang terlalu kecil jika diniatkan dengan ikhlas.
Islam adalah Agama yang Penuh Kasih Sayang
Ketika Rasulullah ﷺ menyebut “agama adalah nasihat,” beliau tidak sedang menyederhanakan agama, tapi merangkum semua nilai luhur Islam dalam satu kata penuh makna. Dari hubungan hamba dengan Sang Pencipta hingga interaksi sosialnya, semuanya berlandaskan nasihat, cinta, kasih sayang, dan yang paling penting adalah kejujuran.
Bayangkan dunia di mana semua orang saling menasihati dengan cinta, bukan kebencian. Menasihati untuk membangun, bukan menjatuhkan. Itulah dunia yang diimpikan oleh Islam.
Allah Ta'ala berfirman,
وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلْحَقِّ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلصَّبْرِ
Artinya: "dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran." (QS. Al-Ashr: 3)
Islam telah meletakkan pondasi yang kokoh sejak lebih dari 1400 tahun yang lalu. Nilai-nilainya tetap relevan dan menjadi cahaya bagi setiap zaman. Kini, tugas kitalah untuk meneruskan dan merawat warisan indah ini dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.
Komentar
Posting Komentar