Langsung ke konten utama

Apa itu Islam, Iman, Dan Ihsan?


Dalam kehidupan beragama, seorang Muslim tidak cukup hanya mengetahui bagaimana cara shalat atau berpuasa. Islam bukan hanya soal praktik ibadah lahiriah, tapi juga mencakup keimanan dalam hati dan kesadaran spiritual yang tinggi. Itulah sebabnya, Nabi Muhammad ﷺ menyampaikan tiga pilar utama dalam agama Islam: Islam, Iman, dan Ihsan. Ketiganya terangkum dalam sebuah hadits yang sangat terkenal, hadits ini diriwayatkan oleh Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu. Dalam kisah tersebut, datang seorang laki-laki misterius berpakaian putih bersih dan berambut hitam pekat, yang ternyata adalah malaikat Jibril. Ia datang menyamar sebagai manusia untuk mengajukan beberapa pertanyaan penting kepada Rasulullah ﷺ bukan untuk mencari jawaban, tapi untuk mengajarkan umat tentang agama ini secara lengkap.

Pahami dengan baik hadits berikut,

عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ أَيضاً قَال: بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِـي صلى الله عليه وسلم فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِي عَنِ الإِسْلاَم، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: (الإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدَاً رَسُولُ الله،وَتُقِيْمَ الصَّلاَة، وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ،وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ، وَتَحُجَّ البيْتَ إِنِ اِسْتَطَعتَ إِليْهِ سَبِيْلاً)، قَالَ: صَدَقْتَ. فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِيْمَانِ، قَالَ: (أَنْ تُؤْمِنَ بِالله،وَمَلائِكَتِه،وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ،وَالْيَوْمِ الآَخِر،وَتُؤْمِنَ بِالقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ)، قَالَ: صَدَقْتَ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِحْسَانِ، قَالَ: (أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ)، قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ، قَالَ: (مَا الْمَسئُوُلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ)، قَالَ: فَأَخْبِرْنِيْ عَنْ أَمَارَاتِها، قَالَ: (أَنْ تَلِدَ الأَمَةُ رَبَّتَهَا،وَأَنْ تَرى الْحُفَاةَ العُرَاةَ العَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي البُنْيَانِ)، ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثَ مَلِيَّاً ثُمَّ قَالَ: (يَا عُمَرُ أتَدْرِي مَنِ السَّائِلُ؟) قُلْتُ: اللهُ وَرَسُوله أَعْلَمُ، قَالَ: (فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ). رواه مُسلِمٌ

Artinya: "Dari Umar radhiyallahu anhu, dia menceritakan, Ketika kami sedang duduk-duduk bersama Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, tiba-tiba muncul seorang laki-laki yang pakaiannya sangat putih, rambutnya sangat hitam, tidak ada bekas-bekas datang dari perjalanan pada dirinya, namun tidak ada satu pun di antara kami yang mengenalnya. Kemudian dia duduk di dekat Nabi shallallahu alaihi wa sallam, dia menempelkan lututnya ke lutut Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan meletakkan telapak tangannya di atas paha Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Kemudian dia bertanya, Wahai Muhammad, sampaikan kepadaku apa itu islam! Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjawab, Islam adalah engkau bersyahadat bahwasanya tiada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, berpuasa ramadan, dan melaksanakan haji ke baitullah jika engkau mampu pergi ke sana. Orang ini berkata, Engkau benar. Umar pun mengatakan, Kami terheran, dia bertanya lalu dibenarkannya sendiri. Orang tersebut bertanya, Sampaikan kepadaku tentang apa itu iman! Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjawab, Iman itu adalah bahwa engkau beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, dan hari akhir, serta beriman kepada takdir baik maupun buruk. Orang tersebut menyahut, Kamu benar. Sampaikan kepadaku tentang apa itu ihsan! Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjawab, Ihsan adalah bahwa engkau beribadah kepada Allah seolah engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak bisa melihat-Nya, maka sesungguhnya Allah melihatmu. Orang itu bertanya, Sampaikan kepadaku, kapan kiamat tiba! Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjawab, Orang yang ditanya tidak lebih tahu daripada yang bertanya. Orang itu bertanya lagi, Sampaikan kepadaku tentang tanda-tandanya! Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjawab. Budak-budak wanita akan melahirkan tuannya, dan engkau akan melihat orang yang tidak memakai alas kaki, suka tidak memakai baju, miskin, dan pengembala kambing berlomba-lomba dalam membuat bangunan yang tinggi. Kemudian orang tersebut pergi, sementara aku (Umar) diam beberapa hari. Setelah itu Nabi shallallahu alaihi wa sallam bertanya, Wahai Umar, tahukah kamu, siapa orang yang kemarin bertanya-tanya? Umar mengatakan, Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Sesungguhnya dia adalah Jibril yang datang kepada kalian untuk mengajarkan agama kalian." (HR. Muslim)

Islam itu Tindakan Lahiriah Seorang Muslim

Pertanyaan pertama Jibril adalah, "Wahai Muhammad, apa itu Islam?" Rasulullah ﷺ menjawab bahwa Islam adalah bersyahadat (mengakui keesaan Allah dan kerasulan Muhammad), mendirikan salat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan pergi haji jika mampu. Kelima hal ini dikenal sebagai rukun Islam.

Secara sederhana, Islam didasari pada hal-hal yang kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Ini mencakup ibadah wajib yang menjadi tanda keislaman seseorang. Namun, perlu diingat bahwa amal-amal ini tidak akan bernilai jika tidak disertai dengan niat yang benar dan keyakinan dalam hati. Di sinilah masuk peran iman.

Iman itu Keyakinan dalam Hati

Jibril lalu bertanya, "Apa itu iman?" Nabi ﷺ menjawab bahwa iman adalah mempercayai Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari kiamat, dan takdir baik maupun buruk. Ini yang kita kenal sebagai rukun iman, ada enam jumlahnya.

Berbeda dengan Islam yang diamalkan secara fisik dan dapat terlihat, iman tidak bisa dilihat oleh manusia lain. Karena iman adalah amalan hati dan urusan batin. Seseorang bisa terlihat rajin shalat dan berpuasa, tapi belum tentu dia benar-benar beriman, jika hatinya tidak yakin kepada Allah dan hari akhir. Maka, iman menjadi pondasi dari semua amal ibadah kita.

Ihsan itu Penyempurna Ibadah

Pertanyaan berikutnya adalah tentang ihsan. Nabi ﷺ memberikan jawaban yang sangat dalam: “Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.”

Inilah puncak dalam beragama. Ihsan adalah kualitas tertinggi dalam beribadah. Bukan sekadar melakukan, bukan hanya percaya, tapi melibatkan perasaan dan kesadaran penuh bahwa Allah selalu hadir dan mengawasi. Orang yang mencapai tingkat ihsan akan shalat dengan khusyuk, berkata dan berperilaku jujur meskipun tidak dilihat orang lain, dan menjauhi maksiat karena merasa diawasi Allah Ta'ala setiap saat.

Mengapa Ketiga Hal Ini Harus Dipahami Bersama?

Islam, iman, dan ihsan bukanlah tiga hal yang berdiri sendiri. Mereka adalah tiga tingkatan atau dimensi dari satu kesatuan bernama “agama”. Seorang Muslim idealnya menjalankan Islam secara lahiriah, memiliki iman yang kuat dalam hati, dan meningkatkan kualitas ibadahnya hingga mencapai ihsan.

Bila hanya menjalankan Islam tanpa iman, maka ibadah bisa jadi rutinitas kosong. Bila hanya beriman tanpa Islam, maka tidak ada bukti nyata dari keimanan itu. Dan bila tidak ada ihsan, semua ibadah bisa terasa hampa, tanpa ruh dan makna.

Hadits ini bukan hanya menjelaskan agama dengan indah, tapi juga mengajak kita untuk mengevaluasi sejauh mana kita memahami dan menjalankan Islam, iman, dan ihsan. Tiga istilah ini bukan sekedar teori semata, tapi panduan hidup agar kita menjadi Muslim yang bukan hanya taat secara lahiriah, tapi juga kuat secara batin dan tulus dalam beribadah.

Jadi, mari kita mulai untuk belajar memahami Islam dengan benar, menguatkan iman dalam hati, dan mengejar kualitas ihsan dalam setiap ibadah. Karena hanya dengan keseimbangan itulah, kita bisa menjadi hamba Allah yang benar-benar dekat dengan-Nya, baik di dunia maupun di akhirat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tim Hebat itu Dibangun, Bukan Dilahirkan

Tua Itu Pasti, Dewasa Belum Tentu

Kerja Cerdas vs Kerja Keras