Langsung ke konten utama

Rezeki dan Ajal Sudah Ditulis Sebelum Kita Lahir?


Pernahkah kita bertanya, "Apakah jalan hidup kita sudah ditentukan sejak awal?" Atau, "Jika rezeki dan ajal sudah ditulis sebelum lahir, apakah masih perlu usaha?" Pertanyaan-pertanyaan seperti ini tidak asing dalam benak banyak orang. Islam tidak hanya membahasnya, tetapi memberikan jawabannya melalui sabda Rasulullah ﷺ yang terekam dalam hadits sahih.

Pahami dengan baik hadits berikut,

عَنْ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْدْ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: حَدَّثَنَا رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ الصَّادِقُ المَصْدُوْقُ: (إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِيْ بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْمَاً نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ،ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ،ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ المَلَكُ فَيَنفُخُ فِيْهِ الرٌّوْحَ،وَيَؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ. فَوَالله الَّذِي لاَ إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إلاذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَايَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إلا ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا). رواه البُخارِيُّ وَ مُسلِمٌ

Artinya: "Dari Abu Abdirrahman Abdullah bin Masud radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam memberitahukan kepada kami dan beliau adalah orang yang benar dan yang dibenarkan, Sesungguhnya, proses penciptaan kalian di dalam perut ibu berlangsung selama 40 hari dalam bentuk air mani, kemudian menjadi segumpal darah yang menggantung selama 40 hari juga, kemudian menjadi segumpal daging selama 40 hari juga. Kemudian, Allah mengutus seorang malaikat untuk meniupkan ruh ke janin dan diperintahkan mencatat empat ketetapan: rezekinya, ajalnya, amalnya, dan penghujung hidupnya, apakah menjadi orang bahagia atau orang celaka. Demi Dzat yang tiada sesembahan yang berhak disembah selain Dia, sesungguhnya ada orang yang mengamalkan amalan penghuni surga, hingga jarak antara dia dengan surga tinggal satu hasta, namun ketetapan takdir mendahuluinya, kemudian dia mengamalkan amalan penduduk neraka, kemudian dia masuk neraka. Ada pula orang yang mengamalkan amalan penduduk neraka, hingga jarak antara dia dengan neraka tinggal satu hasta, namun ketetapan takdir mendahuluinya, kemudian dia mengamalkan amalan penduduk surga, kemudian dia masuk surga." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Dalam hadits ini, kita mendapat gambaran bahwa rezeki dan ajal manusia sudah ditetapkan sejak dalam kandungan. Bahkan, bukan hanya kedua hal tersebut, tetapi amal dan nasib akhir seseorang apakah celaka atau bahagia di akhirat pun telah ditulis sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa segala sesuatu dalam kehidupan sudah diatur oleh Allah sejak awal.

Takdir Bukan Alasan untuk Malas

Lalu, apakah kita tidak perlu berusaha karena semuanya sudah ditulis? Jawabannya tidak sesederhana itu.

Ulama Ahlus Sunnah menjelaskan bahwa Allah memang mengetahui segalanya dan telah menuliskannya, tetapi manusia tetap diberikan kemampuan memilih dan berusaha. Takdir adalah ilmu Allah yang sempurna, bukan paksaan terhadap manusia.

Bayangkan seperti seseorang yang sedang duduk dibawah pohon, kemudian terdengar suara gemuruh dari dalam tanah, maka seseorang tersebut dapat memilih untuk pergi atau tetap berdiam diri. Setelah lima menit pohon tersebut tumbang. Sayangnya takdir itu rahasia Allah yang tidak bisa kita ketahui di awal, mungkin sesorang dapat memprediksi, akan tetapi ketentuan pasti itu adalah kekuasaan sang Pencipta. Demikian Allah Yang Maha Mengetahui segalanya, tapi tetap kita berjalan di atas pilihan dan usaha kita sendiri.

Rezeki Telah Tertulis, Tapi Harus Dijemput!

Rezeki memang sudah ditentukan, tapi tidak berarti bisa datang tanpa usaha. Dalam Islam, usaha adalah bagian dari ibadah.

Rasulullah ﷺ bersabda,

لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرُزِقْتُمْ كَمَا تُرْزَقُ الطَّيْرُ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا

Artinya: “Seandainya kalian benar-benar bertawakkal pada Allah, tentu kalian akan diberi rezeki sebagaimana burung diberi rezeki. Ia pergi di pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali di sore hari dalam keadaan kenyang.”  (HR. Tirmidzi)

Perhatikanlah burung yang tidak diam di sarangnya menunggu rezeki, melainkan terbang dan bergerak aktif untuk mencarinya. Begitu pula manusia, meskipun rezeki sudah ditulis oleh Allah, cara rezeki itu sampai ke tangan kita adalah melalui usaha yang kita lakukan. Oleh karena itu, kita harus terus berusaha dengan tekun sambil tetap berdoa dan berserah diri.

Ajal Tidak Bisa Dipercepat atau Diperlambat

Tak satu pun makhluk tahu kapan ia akan meninggal. Namun yang jelas, ajal tidak bisa dimajukan atau ditunda walau satu detik. 

Allah Ta'ala berfirman, 

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ ۖ فَإِذَا جَآءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ

Artinya: "Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya." (QS. Al-A’raf: 34)

Karena itu, kita justru dianjurkan untuk selalu bersiap menghadapi setiap kemungkinan dalam hidup. Hal ini dilakukan dengan memperbaiki diri, menjaga amal, serta terus memohon melalui doa agar diberikan husnul khatimah atau akhir yang baik. Dengan sikap ini, kita tidak hanya pasrah pada takdir, tetapi juga berupaya meraih keberkahan dan keselamatan di dunia maupun akhirat.

Kita Hidup Antara Takdir dan Pilihan

Memahami bahwa rezeki dan ajal sudah ditulis bukan untuk membuat kita putus asa atau pasrah, tapi justru agar kita menjadi:

  1. Yakin bahwa Allah telah mengatur segala sesuatu dengan sempurna,

  2. Tetap berusaha, karena usaha adalah perintah-Nya,

  3. Tidak sombong atas keberhasilan, karena semua adalah karunia-Nya,

  4. Tidak terlalu takut akan kegagalan, karena apa yang ditakdirkan pasti terjadi sesuai hikmah-Nya.

Jadi, rezeki dan ajal memang sudah ditulis sebelum kita lahir. Namun, tugas kita bukanlah menebak isi takdir tersebut, melainkan mengisinya dengan usaha yang sungguh-sungguh, doa yang tulus, dan amal baik sepanjang hayat. Dengan demikian, kita menjalani kehidupan secara penuh tanggung jawab dan keimanan.

Terlebih lagi, bagaimana jadinya jika dalam salah satu catatan buku takdir kita Allah tuliskan bahwa apa yang akan didapatkan oleh hamba ini sesuai dengan usaha dan doanya. Hal ini menunjukkan bahwa pasrah bukan berarti bermalas-malasan, melainkan harus disertai dengan upaya dan doa. Oleh karena itu, sangat merugi bagi mereka yang bermalas-malasan dengan alasan hanya pasrah pada takdir tanpa berusaha.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tim Hebat itu Dibangun, Bukan Dilahirkan

Tua Itu Pasti, Dewasa Belum Tentu

Kerja Cerdas vs Kerja Keras